Friday, August 23, 2013

kisah-kisah motivasi

Ini adalah artikel yang mampu memotivasi dan mengubah cara berfikir saya untuk memperluas konteks dari dalam diri saya. Artikel yang berisi tentang cerita-cerita ringan inspiratif yang mungkin juga berguna untuk anda yang sedang membutuhkan kisah-kisah motivasi. Dan saya ucapkan selamat menikmati artikel ini:
Berpikir "Out of the Box"

http://cerita2-inspiratif.blogspot.com/2013/08/kisah-motivasi.html


Ratusan tahun yang lalu di sebuah kota kecil, seorang pedagang mengalami nasib sial karena sejumlah besar uang kepada lintah darat (rentenir). Rentenir, yang tua dan jelek itu naksir atau menyukai putri cantik anak dari saudagar itu, sehingga ia mengusulkan suatu tawaran kepada si pedagang. Dia mengatakan dia akan melupakan utang pedagang jika ia bisa menikahi putrinya. Baik pedagang dan putrinya ngeri dan takut mendengar usulan tawaran dari rentenir tua itu.
 Tenang saja aku tidak akan memaksa begitu saja kata rentenir itu. Saya akan menempatkan kerikil hitam dan kerikil putih ke dalam kantong kosong. Kemudian anak gadismu itu harus mengambil satu kerikil dari kantong kosong tersebut tanpa melihat terlebih dahulu. Jika dia mendapatkan kerikil hitam, dia akan menjadi istriku dan seluruh hutangmu akan saya ampuni dan menganggapnya lunas. Jika dia mendapatkan kerikil yang berwarna putih. Dia tidak perlu menikah denganku dan utangmu akan tetap saya anggap lunas. Tetapi jika putrimu itu menolak untuk mengambil kerikil, saya sendiri yang akan melemparkanmu ke dalam penjara.
Karena kasihan kepada ayahnya, gadis itu akhirnya mau untuk mengambil kerikil. Dan akhirnya rentenir tua itu pun mengajak gadis itu ke taman yang begitu banyak kerikil warna bertebaran disana.
Mereka berdiri di jalan kerikil bertebaran di taman untuk mengambil kerikil. Ketika gadis itu sedang berbicara dengan ayahnya, si rentenir tua itu berbisik menyuruh anak buahnya membungkuk untuk mengambil dua kerikil. Saat ia mengambilnya, gadis cantik itu melihat dengan mata tajam bahwa ia telah mengambil dua kerikil hitam dan memasukkannya ke dalam kantong. Kemudian rentenir itu meminta gadis itu untuk mengambil satu kerikil dari dalam kantong yang telah dipegangnya.
Apa yang akan Anda lakukan jika Anda gadis itu? Apakah anda harus menasihati dia, apa anda akan mengatakan kecurangan itu? Analisis yang cermat akan menghasilkan tiga kemungkinan:
1. Gadis itu harus menolak untuk mengambil kerikil.
2. Gadis itu harus menunjukkan bahwa ada dua kerikil hitam dalam tas dan mengatakan si rentenir sebagai penipu.
3. Gadis itu harus memilih kerikil hitam dan mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan ayahnya dari utang dan penjara.
Akhirnya gadis itu menaruh tangannya ke dalam kantong kerikil tersebut untuk mengambil  satu kerikil. Tanpa melihat, gadis itu meraba-raba dan mengambil satu kerikil lalu membiarkan kerikil itu jatuh ke jalan yang begitu banyak kerikil bertebaran dan akhirnya kerikil itupun menghilang di antara semua kerikil lainnya."Oh, betapa cerobohnya aku,"kata gadis itu. "Tapi sudahlah, jika Anda melihat ke dalam tas untuk satu kerikil yang tersisa, Anda akan dapat membedakan kerikil warna apa yang saya ambil ." Karena kerikil yang tersisa adalah hitam, harus diasumsikan bahwa dia telah memilih satu kerikil putih. Ketidak jujuran seorang rentenir tua itu membuat suatu kondisi yang menguntungkan bagi gadis cerdas itu. Sehingga ia tidak harus menikah dengan rentenir yang tua itu.
PESAN MORAL OF THE STORY: Sebagian besar masalah yang kompleks memiliki solusi, terkadang kita harus berpikir tentang mereka dengan cara yang berbeda Dengan berfikir “Out of the box”




Katak
http://www.lifeofhope.com/images/frog.gif
http://cerita2-inspiratif.blogspot.com/2013/08/kisah-motivasi.html
Sekelompok katak bepergian melalui hutan, dan dua dari mereka jatuh ke dalam lubang yang dalam.
Semua katak lainnya berkumpul di sekitar lubang. Ketika mereka melihat seberapa dalam lubang itu, mereka mengatakan dua katak itu sama saja sudah mati.
Kedua katak mengabaikan komentar dan mencoba melompat keluar dari lubang dengan semua kekuatan mereka.
Katak lainnya terus memberitahu mereka untuk berhenti, dan menganggap kalau mereka sama saja sudah mati.
Akhirnya, salah satu katak mengambil dan memperhatikan apa yang dikatakan oleh katak lain dan menyerah. Dan ia pun jatuh dan mati.
Katak satu lainnya terus melompat sekeras yang dia bisa. Sekali lagi, kerumunan katak berteriak padanya untuk menghentikan semua itu dan meminta si katak agar pasrah bahwa ia sama saja telah mati.
Namun katak itu terus saja melompat dan akhirnya katak itu melompat lebih keras dan akhirnya berhasil keluar. Ketika ia keluar, katak lain berkata, "Bagaimana kamu bisa melakukan itu?"
Namun Katak itu diam saja dan mengatakan terima kasih pada katak lainnya. Dan ternyata seluruh katak baru tahu bahwa dia tuli. Dan ia berpikir kalau semua katak yang lainnya mendorong dan menyemangatinya sepanjang waktu.
Pelajaran yang bisa dipetik:               
 Ada kekuatan hidup dan mati di lidah. Sebuah kata hebat mampu mendorong seseorang untuk bisa melakukan hal apapun dengan kekuatan kata-kata, namun kata-kata juga bisa merampas semua kekuatan kita. Untuk itu kita harus mengetahui mana kata yang baik dan mana kata yang buruk.yang harus selalu ada di pikiran kita.
sumber artikel: motivation-cerita inspiratif


Wednesday, August 21, 2013

Cerita inspiratif - Waktu untuk anak

Ini adalah artikel inspiratif untuk seorang ayah agar sering-sering meluangkan waktu untuk sekedar bermain dengan anak-anaknya. Sebab penting sekali meluangkan waktu untuk bersama-bersama dengan anak demi pertumbuhan jiwa dan kecerdasan emosionalnya. Semoga artikel ini berguna untuk anda yang menjadi seorang ayah.

http://cerita2-inspiratif.blogspot.com/2013/08/waktu-untuk-anak.html

Membeli Waktu Ayah
Pada suatu hari, seorang Ayah pulang dari bekerja pukul  21.00 malam. Seperti hari-hari sebelumnya, hari itu  sangat melelahkan baginya. Sesampainya di rumah ia mendapati anaknya yang berusia 8 tahun yang duduk di kelas 2 SD sudah menunggunya di depan pintu rumah.  Sepertinya ia sudah menunggu lama.
“Kok belum tidur?” sapa sang Ayah pada anaknya.
Biasanya si anak sudah lelap ketika ia pulang kerja,  dan baru bangun ketika ia akan bersiap berangkat ke kantor di pagi hari.
“Aku menunggu Papa pulang, karena aku mau tanya berapa sih gaji Papa?”, kata sang anak.
“Lho, tumben, kok nanya gaji Papa segala? Kamu mau minta  uang lagi ya?”, jawab sang ayah.
“Ah, nggak pa, aku sekedar..pengin tahu aja…” kata anaknya
.
“Oke, kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp.400.000. Setiap bulan  rata-rata dihitung 25 hari kerja. Jadi gaji Papa satu bulan berapa, hayo?!”, tanya sang ayah.
Si anak kemudian berlari mengambil kertas dari meja belajar sementara Ayahnya melepas sepatu dan mengambil minuman.
Ketika sang Ayah ke kamar untuk berganti pakaian, sang anak mengikutinya.

“Jadi kalau satu hari Papa dibayar Rp 400.000 utuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp 40.000 dong!”
“Kamu pinter, sekarang tidur ya..sudah malam!”
Tapi sang anak tidak mau beranjak. “Papa, aku boleh pinjam uang Rp 10.000 nggak?”
“Sudah malam nak, buat apa minta uang malam-malam begini. Sudah, besok pagi saja. Sekarang kamu tidur”
“Tapi papa..”
“Sudah, sekarang tidur” suara sang Ayah mulai meninggi.
Anak kecil itu berbalik menuju kamarnya.
Sang Ayah tampak menyesali ucapannya. Tak lama kemudian ia menghampiri anaknya di kamar. Anak itu sedang terisak-isak sambil memegang uang Rp 30.000.

Sambil mengelus kepala sang anak, Papanya berkata  “Maafin Papa ya! Kenapa kamu minta uang malam-malam begini.. Besok kan masih bisa. Jangankan Rp.10.000, lebih dari itu  juga boleh. Kamu mau pakai buat beli mainan khan?”
. “Papa, aku ngga minta uang. Aku pinjam…nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajanku.”
“Iya..iya..tapi buat apa??” tanya sang Papa
“Aku menunggu Papa pulang hari ini dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Satu jam saja pa, aku mohon. Mama sering bilang, kalau waktu Papa itu sangat berharga. Jadi aku mau beli waktu Papa. Aku buka tabunganku, tapi cuma ada uang Rp 30.000. Tadi Papa bilang, untuk satu jam Papa dibayar Rp 40.000.. Karena uang tabunganku hanya Rp.30.000,- dan itu tidak cukup, aku mau pinjam Rp 10.000 dari Papa” Sang Papa cuma terdiam.
Ia kehilangan kata-kata. Ia pun memeluk erat anak kecil itu sambil menangis. Mendengar perkataan anaknya, sang Papa langsung terdiam, ia seketika terenyuh, kehilangan kata-kata dan menangis..
Ia lalu segera merangkul sang anak yang disayanginya itu sambil menangis dan minta maaf pada sang anak..
“Maafkan Papa sayang…” ujar sang Papa.
“Papa telah khilaf, selama ini Papa lupa untuk apa Papa  bekerja keras. Maafkan Papa anakku” kata sang Papa ditengah suara tangisnya.
Si anak hanya diam membisu dalam dekapan sang Papanya.
=================================================
Saya ingin bertanya kepada Anda saat ini..
Sebetulnya, apakah alasan Anda untuk bekerja sangat keras dan mencari kesuksesan karir Anda?
Demi uang yang banyak? Atau sesungguhnya demi keluarga Anda?
Seringkali kita bekerja terlalu sibuk sehingga kita melupakan bahwa di akhir, keluargalah yang terpenting.
Tidak ada gunanya Anda sukses tapi pada akhirnya keluarga Anda telah meninggalkan Anda atau hubungan Anda dengan keluarga telah rusak.
Sesungguhnya, untung anak tersebut bicara dan komunikasi dengan orang tuanya untuk mencurahkan perasaannya.
Sering kali, anak cenderung diam dan bahkan tidak berbicara sama sekali tentang kondisinya kepada orang tua.
Ketika di tanya mereka hanya menjawab “Tidak ada apa-apa”
Bagaimana caranya Anda bisa menyelesaikan masalah jikalau Anda bahkan tidak tahu masalahnya dimana?
Hal ini sering kali terjadi pada anak dan khususnya terjadi pada anak di masa remaja.
Mereka merasa diabaikan/ditinggalkan, tidak di cintai, tidak dihargai oleh orang tuanya sendiri..
Pertanyaan berikutnya mungkin cukup berat untuk Anda..
“Menurut Anda, lebih baik Anda mencintai anak Anda atau Anak Anda merasa di cintai oleh Anda?”

Coba renungkan jawaban dari pertanyaan tersebut..

Thursday, July 4, 2013

“Selamat Pagi, Anda Kena PHK!”

http://cerita2-inspiratif.blogspot.com/2013/07/Kena-PHK.html
Seorang Chief Operating Officer sebuah perusahaan ternama dunia hari itu datang kekantornya yang megah tepat jam 7 pagi. Sang pemilik perusahaan memasuki ruang kerjanya tak lama kemudian. Setelah berbasa-basi sedikit, beliau berujar;”My friend,” katanya. “Aku bangga dengan hasil kerjamu selama ini,” lanjutnya. Sang CEO tentu saja bahagia mendengar pujian bossnya itu. “Namun,” lanjut si boss. Kali ini, hati CEO itu mulai dihinggapi tanda tanya besar. “Para stakeholders kita menginginkan untuk menggantikanmu dengan seseorang yang lebih baik…..” Saat itu juga, pagi yang cerah seakan-akan berubah menjadi gelap gulita sambil sesekali dikilati cahaya dari bunyi petir dan gelegar halilintar yang membuat jiwa bergetar. Sang CEO hanya bisa terpana. Seolah tidak percaya pada apa yang baru saja didengarnya. Seandainya, berita itu tidak ditujukan kepada CEO yang sedang kita bicarakan itu. Melainkan kepada anda. What are you going to do?
Boleh jadi anda mengira bahwa percakapan diatas itu sekedar rekaan belaka. Tapi, jika anda mengikuti perkembangan dunia bisnis internasional akhir-akhir ini; anda akan menemukan bahwa pembicaraan semacam itu sungguh-sungguh terjadi didunia nyata. ‘Korbannya’? Banyak. Mulai dari orang nomor satu di bank terkemuka. Pemimpin perusahaan farmasi tercanggih. Hingga raksasa minuman berbahan dasar kopi yang aroma ketenarannya sampai kesini. Bahasa politik boleh mengatakannya dengan halus, semisal; pensiun dini atau golden shake hand. Tetapi, dalam bahasa kita; itu tidak beda dengan tiga huruf mengerikan bernama P. Dan H. Dan K. Sounds familiar, right? Yes, that PHK.
Anda tentu masih ingat kisah tragis legendaris yang menimpa kapal pesiar Titanic yang tenggelam pada tanggal 14 April 1912. Peristiwa itu diperkirakan menelan 1,500 korban jiwa. Para ahli mempercayai bahwa faktor utama yang menyebabkan banyaknya jumlah korban jiwa bukanlah semata-mata tenggelamnya kapal tersebut, melainkan; kurangnya jumlah sekoci yang ada dikapal itu dibandingkan dengan jumlah penumpang yang ada. Mereka begitu yakin bahwa Titanic tidak bisa tenggelam. Jadi, mengapa harus menyediakan sekoci? Konon, ketika perisiwa itu terjadi; sesungguhnya masih banyak waktu untuk melakukan penyelamatan. Namun, karena jumlah sekoci penyelamat hanya sedikit, hanya sebagian kecil saja yang bisa diselamatkan.
Dalam kehidupan kerja pun kita sering berpikir seperti itu. Kita begitu yakin bahwa kapal yang kita gunakan untuk mengarungi samudera dunia kerja ini tidak akan tenggelam. Sehingga kita tidak merasa penting untuk memiliki sekoci. Tetapi, berapa banyak sudah perusahaan yang gulung tikar dan kemudian tenggelam seperti halnya Titanic? Jika kita boleh berkata tanpa sensor, sesungguhnya dunia kerja kita lebih beresiko daripada Titanic. Apa yang terjadi pada Titanic adalah musibah bagi semua penumpang. Semua orang menghadapi masalah yang sama. Sebab; orang baik tidak ditendang keluar dari kapal. Tetapi, dalam sebuah perusahaan; sudah sering terjadi seorang karyawan ditendang keluar dari bahtera perusahaan semudah itu. Seperti peristiwa yang menimpa sang CEO diatas itu.
Jika itu bisa terjadi kepada pimpinan puncak sebuah perusahaan; maka tidak heran jika bisa dengan sangat gampangnya menimpa karyawan- karyawan dilevel lainnya. Ya. Tentu saja. Anda sudah tahu itu. Bahkan mungkin sudah banyak teman anda yang terkena PHK juga. Sayangnya, saat ini pun kita masih begitu yakinnya untuk mengatakan bahwa kita tidak akan mengalami nasib seperti itu. Sungguh, tidak ada yang menjaminnya. Sebab, bagaimanapun juga itu bisa menimpa siapa saja. Karyawan yang jelek. Karyawan yang bagus. Karyawan dilevel manapun juga. Direktur? Sudah banyak direktur yang terkena PHK juga, bukan?
Seseorang mungkin menganggap anda terlampau pesimis dalam memandang masa depan pekerjaan. Ada bedanya antara sikap pesimis dengan sikap antisipatif. Seseorang yang pesimis, memandang dari sisi negatif, dan dia tidak melakukan apa-apa untuk mempersiapkan dirinya, kecuali memelihara perasaan was-was. Sedangkan, orang yang antisipatif, memandang sebuah resiko secara rasional dan proporsional. Lalu dia mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi sulit jika terjadi sewaktu-waktu.
PHK adalah resiko kita sehari-hari. Kita tidak perlu terlampau percaya diri dengan mengatakan bahwa hal itu tidak akan pernah terjadi pada kita. Atau sebaliknya terlalu takut jika mengalaminya. Sebab, selama kita ‘mempersiapkan diri kita untuk menghadapi kemungkinan itu,’ maka yakinlah bahwa masa depan kita akan baik-baik saja. Paling tidak, kita tidak terlampau syok, jika itu benar-benar terjadi. Dan yang lebih penting dari itu adalah; memulai mempersiapkan ‘sekoci’ itu dari saat ini. Sekoci yang selalu siap digunakan jika sewaktu-waktu kita membutuhkannya.
Begitu beragamnya reaksi orang ketika terjadi PHK. Ada yang panik. Ada yang biasa-biasa saja. Ada pula yang senang alang kepalang. Ada orang yang mendapatkan ‘golden shake hand’ tetapi hatinya miris dan menghadapi dunia didepannya dengan tatapan pesimis. Ada yang mendapatkan uang pesangon sekedar sesuai dengan peraturan yang tertuang dalam undang-undang; namun, memandang masa depannya dengan antusias dan optimis. Mengapa sikap mereka bisa beda begitu ya? Ternyata, orang-orang yang sudah ‘mempersiapkan’ dirinya untuk situasi sulit seperti itu lebih bisa menghadapi kenyataan itu. Mereka melihat sisi terangnya. Dan mereka menemukan bahwa; itu bukanlah akhir dari segala-galanya.